Selasa, 07 Januari 2014

Pedagang Asongan di Bus









Foto ini di ambil pada tanggal 6 Desember 2013. Dalam foto tersebut terlihat para pedagang sedang menunggu penumpang turun dari bus Kawan Kita tujuan Blitar-Nganjuk. Barang yang diperdagangkan ini berupa makanan dan minuman seperti tahu goreng, kacang, mente, dan lain sebagainya. Mereka menjual dagangannya dengan harga dua kali lipat dari harga biasanya. Ketika para penumpang turun, penjual dagangan ini menawarkan dagangannya. Sopir dan kondektur bus tersebut membiarkan saja dengan apa yang dilakukan oleh pedagang tersebut. Setelah para penumpang turun semua, pedagang ini masuk ke dalam bus dan menawarkan dagangan mereka kembali kepada penumpang yang masih berada di dalam bus. “Tahu, tahu, tahu.. manisan, kacang, mente… mizone, sprite..” begitulah cara menawarkan pedagang tersebut. Pedagang yang mengantri di depan pintu bus itu saling bersaing. Mereka mendahului satu sama lain.



Foto ini juga diambil pada tanggal 6 Desember 2013. Foto tersebut memperlihatkan transaksi antara pedagang dan pembeli yaitu penumpang dari bus. Penumpang tersebut berasal dari bus Kawan Kita jurusan Blitar-Nganjuk. Dia setelah turun dari bus, membeli air minum kepada pedagang yang ada di bus. Pedagang tersebut bernama Pak Yono. Pak Yono ini berdagang sudah lama, sudah 20 tahun Pak Yono berdagang di bus. Rumah Pak Yono di Ngronggo, Kediri. Umur Pak Yono sekarang 56 tahun. Barang dagangan yang dijual adalah minuman, permen, dan makanan seperti tahu, kacang, mente, dan sate bekicot. Harga yang ditawarkan oleh Pak Yono sama seperti pedagang lain yaitu dua atau satu setengah kali lipat dari harga biasanya. Kata Pak Yono laba ini sebagai ganti rugi beliau mengangkat dan berjalan ke sana kemari untuk menawarkan dagangannya. Laba yang didapat Pak Yono sekitar Rp. 100.000,00. Pak Yono berangkat dari rumah pukul 07.00, setelah anak-anaknya berangkat ke sekolah. Pak Yono harus menghidupi 3 anak dan seorang istri. Pak Yono langsung menuju ke Terminal Tamanan Kediri. Pak Yono ini berdagang hanya menetap di terminal saja. Pak Yono pulang sore sekitar pukul 17.00. Pak Yono bercerita kepada saya bahwa beliau pernah ke Malang untuk berjualan pada acara Festifal Bunga yang ada di Batu. Beliau berangkat pukul 03.00 pagi dengan mengendarai sepeda motor lewat Blitar. Sampai Batu sekitar pukul 06.00 pagi dan langsung mempersiapkan barang dagangannya.




Foto ini diambil pada tanggal 5 Desember 2013. Terlihat dari foto tersebut seorang pedagang sedang menawarkan dagangannya di dalam bus. Pedagang tersebut bernama Pak Nar. Pak Nar ini bertempat tinggal di Ngadiluweh, Kediri. Pak Nar ini menghidupi satu istri dan 2 anak. Anaknya masih pada tingkatan SMP dan SD. Banyak sekali kendala yang didapat oleh Pak Nar. “Masio gag direken karo wong-wong, aku tetep nawarne daganganku, Mbak. Lek gak ngono daganganku yo gag laku, gak iso oleh dhuwit” (meskipun tidak diperhatikan sama orang-orang, saya tetap menawarkan dagangan saya, Mbak. Kalau tidak begitu dagangan saya ya tidak laku, tidak bisa memperoleh uang), ujar Pak Nar. Jadi, kesulitan yang di dapat Pak Nar tetap dihadapi oleh beliau agar mendapatkan uang untuk menghidupi keluarganya.
Pak Nar ini berdagang sudah sejak 15 tahun yang lalu. Pak Nar berdagang di bus Kawan Kita jurusan Blitar-Nganjuk. Saat berdagang Pak Nar hanya menetap di Terminal Tamanan, Kediri. Banyak persaingan-persaingan antara pedagang di bus ini. Tetapi Pak Nar mempunyai strategi sendiri untuk mengatasi persaingan ini. Pak Nar berkata “ngeneki lek pengen intuk dhuwit akeh yo kudu iso cepet-cepet marani bus sing teko ndek terminal, Mbak. Lek gak ngono yo kalah. Tapi biasane wong-wong enek sing ngalah, podo ngerteni, podo-podo golek dhuwite”. (begini kalau ingin dapat uang banyak ya harus bisa cepat-cepat mendekati bus yang dating ke terminal, Mbak. Kalau tidak begitu ya kalah. Tapi biasanya orang-orang ada yang mengalah, saling pengertian, sama-sama cari uangnya).
 


Rabu, 13 November 2013

SATU ARAH YANG MENYENGSARAKAN



Jalan raya merupakan tempat berlalu-lalangnya orang di mana mereka dapat menggunakan alat transportasinya yang mereka punya. Jalan raya tidak sekedar untuk perlintasan dan distribusi, tetapi juga menjadi arena tempat orang menyandarkan hidup dan berusaha mencapai hasrat serta keinginannya. Harga diri, kesopanan, uang, kekuatan gertak, ancaman, kekerasan, tipu-menipu, keramahan serta tolong-menolong hadir bersama-sama di jalan raya sehingga jalan raya menjadi make-up-nya kota.

Keberadaaan jalan raya menjadi salah satu ukuran kemajuan kota. Seperti jalan raya yang ada di Kota Malang terutama yang berada di dekat Universitas Brawijaya.(UB) Jalanan tersebut sangat ramai sekali karena banyak sekali mahasiswa yang berlalu-lalang selain warga sekitar. Sehingga daerah jalan sekitar UB ini menjadi macet. Karena kemacetan ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan uji coba untuk jalan satu arah yang rutenya berawal dari Jalan Sumbersari - Jalan MT. Hariyono - Jalan Soekarno Hatta – Jalan Panjaitan - Jalan Bogor - Jalan Veteran. Kebijakan ini diberlakukan pada tanggal 6 November 2013.
Diberlakukannya jalan satu arah menyebabkan banyak pro dan kontra. Memang benar, jika jalan satu arah ini dapat mengatasi kemacetan di jalan sekitar UB, tetapi ini menyebabkan kemacetan di jalan lain. Kebanyakan sekarang kendaraan yang berlalu-lalang menggunakan kecepatan yang tinggi sehingga orang yang ingin menyeberang jalan jadi kesulitan seperti yang saya alami ketika berangkat kuliah yang harus menyeberang jalan di Jalan Sumbersari.
Pada tanggal 10 November 2013, ketika saya jalan-jalan dan melewati Jalan Panjaitan, warga di sekitar jalan tersebut mengadakan demo dengan menggunakan poster dan kain yang ada tulisannya menolak diberlakukannya jalan satu arah. Demo warga ini terjadi sekitar pukul 13.57. Poster yang dipasang merupakan keluhan-keluhan warga di sekitar Jalan Panjaitan atas diberlakukannya jalan satu arah. Salah satu tulisan tersebut menyatakan bahwa kesulitannya warga untuk menyeberang yang di cantumkan dalam kain yang berwarna putih yang berbunyi “MAK’ Q ORA ISO NYEBRANG”

  


Selain itu, keluhan para pedagang yang mencari nafkah di jalanan tersebut. Kesulitan para pedagang tersebut yaitu sulit untuk menjual barang dagangannya dan sulit untuk mereka parkir.


Maka dari itu pemerintah kota harus berpikir ulang untuk memberlakukan jalan satu arah ini. Meskipun kebijakan ini dapat mengurangi kemacetan di sekitar UB, tetapi ini menyebabkan kemacetan di jalan lain. Selain itu, banyak orang-orang yang dirugikan terutama warga yang tinggal di sekitar jalan yang diberlakukan satu arah ini. Kerugian ini dapat dilihat dalam segi keselamatan dan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.