Rabu, 13 November 2013

SATU ARAH YANG MENYENGSARAKAN



Jalan raya merupakan tempat berlalu-lalangnya orang di mana mereka dapat menggunakan alat transportasinya yang mereka punya. Jalan raya tidak sekedar untuk perlintasan dan distribusi, tetapi juga menjadi arena tempat orang menyandarkan hidup dan berusaha mencapai hasrat serta keinginannya. Harga diri, kesopanan, uang, kekuatan gertak, ancaman, kekerasan, tipu-menipu, keramahan serta tolong-menolong hadir bersama-sama di jalan raya sehingga jalan raya menjadi make-up-nya kota.

Keberadaaan jalan raya menjadi salah satu ukuran kemajuan kota. Seperti jalan raya yang ada di Kota Malang terutama yang berada di dekat Universitas Brawijaya.(UB) Jalanan tersebut sangat ramai sekali karena banyak sekali mahasiswa yang berlalu-lalang selain warga sekitar. Sehingga daerah jalan sekitar UB ini menjadi macet. Karena kemacetan ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan uji coba untuk jalan satu arah yang rutenya berawal dari Jalan Sumbersari - Jalan MT. Hariyono - Jalan Soekarno Hatta – Jalan Panjaitan - Jalan Bogor - Jalan Veteran. Kebijakan ini diberlakukan pada tanggal 6 November 2013.
Diberlakukannya jalan satu arah menyebabkan banyak pro dan kontra. Memang benar, jika jalan satu arah ini dapat mengatasi kemacetan di jalan sekitar UB, tetapi ini menyebabkan kemacetan di jalan lain. Kebanyakan sekarang kendaraan yang berlalu-lalang menggunakan kecepatan yang tinggi sehingga orang yang ingin menyeberang jalan jadi kesulitan seperti yang saya alami ketika berangkat kuliah yang harus menyeberang jalan di Jalan Sumbersari.
Pada tanggal 10 November 2013, ketika saya jalan-jalan dan melewati Jalan Panjaitan, warga di sekitar jalan tersebut mengadakan demo dengan menggunakan poster dan kain yang ada tulisannya menolak diberlakukannya jalan satu arah. Demo warga ini terjadi sekitar pukul 13.57. Poster yang dipasang merupakan keluhan-keluhan warga di sekitar Jalan Panjaitan atas diberlakukannya jalan satu arah. Salah satu tulisan tersebut menyatakan bahwa kesulitannya warga untuk menyeberang yang di cantumkan dalam kain yang berwarna putih yang berbunyi “MAK’ Q ORA ISO NYEBRANG”

  


Selain itu, keluhan para pedagang yang mencari nafkah di jalanan tersebut. Kesulitan para pedagang tersebut yaitu sulit untuk menjual barang dagangannya dan sulit untuk mereka parkir.


Maka dari itu pemerintah kota harus berpikir ulang untuk memberlakukan jalan satu arah ini. Meskipun kebijakan ini dapat mengurangi kemacetan di sekitar UB, tetapi ini menyebabkan kemacetan di jalan lain. Selain itu, banyak orang-orang yang dirugikan terutama warga yang tinggal di sekitar jalan yang diberlakukan satu arah ini. Kerugian ini dapat dilihat dalam segi keselamatan dan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.